HALLOUP.COM – Presiden Jokowi memiliki banyak pendukung sehingga berpotensi memberikan insentif elektoral pada tokoh tertentu yang dia dukung sebagai calon presiden (capres).
Dengan demikian maka ɓanyak partai politik yang akan mendekat dan berkoalisi untuk mengusung tokoh tersebut.
“Ketika Jokowi dianggap dekat atau Jokowi dianggap mendukung, meskipun secara gestur atau tidak verbal,” kata Peneliti politik dari Poltracking Indonesia Arya Budi.
“Kandidat ini akan mendapat limpahan pemilih Jokowi. Elektabilitasnya naik, kemudian partai-partai mendekat. Ini efek tidak langsung Jokowi,” kata Arya Budi.
Baca Juga:
Bandingkan Kaesang dengan Megawati dan Mahfud MD, Istana Tanggapi Soal Penggunaan Jet Pribadi ke AS
Wamentan Sudaryono Sampaikan Progres Food Estate di Humbang Hasundutan dan Cetak Sawah di Merauke
Dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa, 4 Juli 20230, Arya Budi mengatakan setidaknya ada hal Jokowi Effect yang menyebabkan hal tersebut.
Baca artikel menarik lainnya, di sini: Hasil Survei LSJ: 43,2 Persen Responden Yakin Jokowi Dukung Prabowo, Bonus Elektoral Akan Tinggi
Jokowi juga berpengaruh pada pembentukan koalisi partai politik karena masih menjabat sebagai presiden.
“Efek Jokowi terhadap koalisi adalah dia merupakan presiden dengan plakat negara, yang bahkan partai tidak memilikinya.”
Baca Juga:
Bawa Senjata Tajam untuk Tawuran, Polres Metro Bekasi Kota Amankan 3 Remaja di Pondok Gede
“Dia komando tertinggi, punya akses informasi-informasi negara di banyak bidang, di ekonomi, dan seterusnya,” ujar Arya Budi.
Sedangkan hal lainnya adalah faktor pendukung Jokowi, yaitu para pemilihnya dia Pilpres 2014 dan 2019.
Merujuk pada data KPU, pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla (JK) pada Pilpres 2014 meraih suara mayoritas pemilih sebesar 53,15 persen.
Jokowi mengalahkan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang memperoleh suara sebesar 46,85 persen.
Kemudian, di 2019, pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin memperoleh suara sebesar 55,50 persen.
Mengalahkan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dengan perolehan suara 44,5 persen.
“Dengan demikian, Jokowi memiliki pengaruh terhadap separuh pemilih di Indonesia dari Pilpres 2014 dan 2019.”
“Praktis, Jokowi memiliki basis pemilih mayoritas,” kata Arya Budi.*